TAKDIR CINTA KITA
S
|
unyi sepi malam tanpa
sinar bulan mengingatkanku pada satu masa dimana sempat kita berada dalam
keadaan hening tanpa suara, disana kita duduk berdua menikmati udara senja
dengan desau angin yang datang tanpa permisi dan pergi tanpa kata. sesaat ia
singgah hanya untuk memberi kesejukan dalam raga. Dedaunan di setiap pohon melambai menyafaku kicauan burungpun berirama mengajakku
bercengkrama namun tangan ini seolah
enggan menyafa bahkan bibirpun tak ingin sekalipun bersuara apalagi bercerita
dengannya.
Saat itu
fikiranku tak tenang, jantungpun berdegup kencang menandakan kegelisahan yang
teramat hebat sedang terjadi padaku secara tiba-tiba padahal aku sendiri tak
tahu apa yang sebenarnya terjadi, ku lihat Adit hanya diam membisu, menunduk
dan membelakangiku tak seperti biasanya.
Lama ku menunggu tapi tak kunjung jua ku dengar suaranya, hingga pada
akhirnya ku beranikan diri untuk mengawali pembicaraan, ku ulurkan tangan lalu
ku letakkan di pundaknya dan ku bertanya
“Dit... kamu kenapa ? dari tadi hanya menunduk
tanpa mau sedetikpun menoreh ke arahku, apa kamu sakit ? atau sedang
memikirkan sesuatu ?
Sayangnya.. adit tak merespons pertanyaanku,
dia malah tetap menunduk seolah tak mendengar suaraku. Kembali ku bertanya “Adit.... kamu kenapa ?
namun tetap tak ada jawabnya, aku pun tak berputus asa , untuk yang ke tiga
kalinya aku bertanya “Adit..... kamu kenapa ? Ku mohon jangan diamkan aku
seperti ini , aku ingin mendengar suaramu.
Setelah sekian
lama ku menunggu akhirnya ku dengar suaranya “ekhemzzzzz..... Fit,
sebenarnyaa...... sebenarnya.... ada yang ingin ku ceritakan padamu, ini
tentang kita Aku ragu menceritakannya tapi aku harus memberitahumu.
Ku tatap mata
merahnya ku yakinkan hati ini bahwa
semua kan baik-baik saja dan ini hanyalah masalah kecil yang mungkin sedang
menimpa Adit. “hemm... iya, kamu mau cerita tentang apa Dit ? jangan ragu, ceritain
aja semuanya agar kamu tak terbebani ,
Aku siap kok mendengarnya. Adit kembali menunduk, tampak jelas terlihat bahwa ia
memang sangat berat untuk bercerita,
sejenak ku berfikir ... akhir-akhir ini tak ada masalah yang menimpa
hubunganku sama Adit, tapi kenapa Adit ingin menceritakan sesuatu tentang kita
dan itu sangat membuatnya ragu, Ku coba tanyakan kembali pada Adit ‘Dit.....
sebenarnya ada apa ? ayo ceritakan saja semuanya biar aku tahu.
Hemmzzz.......
fit, sebenarnya aku akan menikah, , tapi bukan sama kamu. Aku terdiam dan
terpaku, dada ini seolah sesak tanpa henti, mengingat apa yang dikatakan adit
terlalu mengagetkanku, ini sungguh diluar dugaanku, tak ku sangka Adit yang
begitu sangat terbuka terhadapku ternyata mampu memendam rahasia sebesar ini,
ku coba menghela nafas panjang meski Air
mata ne tak mampu lagi ku tahan mengalir deras di pipiku.
Fit,, maafkan
aku ,sungguh ini bukan inginku, minggu lalu aku du pertemukan dengan seorang
gadis oleh orang tuaku, dia adalah putri
dari sahabat ayahku dulu, namanya Sinta. Sebelumnya kita memang sudah saling
kenal, dia teman bermain di masa kecilku, namun selepas SMP kita berpisah
keluargaku memutuskan untuk pindah rumah. Hingga pada akhirnya di SMA aku
menemukanmu yang sampai saat ini kita di takdirkan untuk bersama, Fit,, Aku
sangat menyayangimu, selama ini aku nyaman bersamamu, kau yang selalu
memberi perhatian, pengertian dan
melengkapi hidupku, bagaimana bisa aku menikahi gadis lain selain dirimu,
tapi.... aku pun tak bisa berbuat apa-apa, kamu tahu bagaimana kerasnya ayahku,
ia menuntutku untuk membahagiakannya dengan cara menikahi gadis pilihannya
yaitu Sinta, dengan terpaksa aku harus menuruti keinginannya meskipun aku tahu
aku akan tersiksa dengan ini semua, dengan keputusan yang ku ambil namun bukan
berdasarkan keinginanku.. ku mohon kau
mengerti fit.
Sejuta terpaan
rasa yang kurasakan tadi ternyata memang benar-benar mewakili apa yang ku
rasakan saat ini, hati ini bagai disambar petir yang menggelegar tepat
dihadapanku. Sakiiiiiiiiitttttt hati ini. Aku seolah enggan mendengar Adit
bersuara lagi. “fit.... maafkan aku, aku telah mengecewakanmu, aku merasakan
bagaimana sakitnya hatimu, tapi aku tak mampu sembuhkan luka di hatimu, kau
berhak membenciku, bencilah aku sepuas hatimu, aku relaaa, tapi harus kau tahu
di hati ini hanya ada kamu, hanya tertulis namamu “FITRI” takan pernah
tergantikan meski pada kenyataannya aku hidup dengan Sinta.
Saat itu juga
aku pergi dari hadapan Adit tanpa permisi.. kubawa kesakitan hati yang menyesakan dada ini jauh dari
hadapannya... ku berlari dan terus berlari hingga air mataku berjatuhan tanpa
henti, hingga aku tiba di rumah air mata ini tak kunjung jua habis, ia mengalir
semakin deras, tak terasa mataku pun semakin membengkak. Inikah cobaan yang
harus kuhadapi sendiri, kenyataan ini tak hanya menyiksaku tapi memutuskan
impian yang telah lama ku rencanakan termasuk menikah dengan Adit sehabis
wisuda nanti , kini semua harapan dan impian itu musnah setelah Adit memutuskan
untuk menikah dengannya.
Tepat bulan
Oktober 2010 Adit menikah dengan Sinta, tapi aku tak mau memberanikan diri
untuk menghadiri pernikahannya, aku hanya mengirimkan do’a untuknya agar mereka
dapat membangun keluarga yang harmonis sakinah mawaddah Warahmah, selain itu
aku juga berharap agar aku dapat secepatnya melupakan Adit dengan cara tidak
berhubungan atau berkomunikasi dengannya dan menemukan jodoh yang ditakdirkan baik
untukku keluargaku dan Agamaku.
Akhir bulan
Desember aku di Wisuda... dan mungkin inilah takdir yang harus kujalani, dalam
acara ini aku dipertemukan kembali dengan Adit namun dalam nuansa yang berbeda,
dimana dia di dampingi dengan istrinya sedangkan aku hanya didampingi oleh Adik
dan kedua orang tuaku, sempat kami saling bertatapan dari jauh,Aditpun sempat
menyafa dan tersenyum padaku. Rasanya
ingin sekali aku menghampirinya dan menjabat tangannya untuk terakhir kalinya,
tapi aku tak ingin menjatuhkan air mata dihari kebahagiaan ini.
Setelah acara
selesai aku menemui satu tempat di sudut kampus, tempat itu sering menjadi
saksi bisu dikala aku duduk bersama dengan adit bertukar cerita, bercanda tawa.
Dulu sempat kita berjanji kelak jika kita lulus dari sini kita akan mengukir
cerita cinta kita yang bertuliskan nama
ADIT &
FITRI
05-02-05
Always Forever
Tujuannya agar
mereka semua tahu bahwa cinta Adit dan Fitri selamanya kan abadi sampai mati.
Tak terasa air
mataku berlinang setelah mengingat hal itu tak kuasa aku menahan tangis yang
semakin menyesakkan dada, hingga tiba-tiba seseorang memberikanku sapu tangan
dan berkata “tak pantas kau menangis sendirian dikala kau mengingat semua
tentang kita, alangkah baiknya bila kita menangis bersama” Aku kaget mendengar
suara yang telah lama ta ku dengar, aku berbalik arah dan kulihat Adit berdiri
tepat di belakangku. Sungguh tak kusangka dia akan menemui tempat ini juga.
“fit... apa
kabar ? dia ulurkan tangannya, sedangkan aku hanya berdiri kaku menatapnya, ku
saksikan air mata itu mengalir di pipi Adit, ku coba tanya hati “apakah ini
mimpi atau nyata” ternyata hatiku menjawab ini nyata namun jangan sampai membuatmu lupa
akan kenyataan yang sebenarnya. Jantungpun semakin berdegup kencang tak tenang.
“Fit.....
izinkan aku mengusap air matamu, izinkan aku merasakan sakitmu, dan Izinkan aku
memeluk erat tubuhmu, Aku sangat merindukanmu, lama tak jumpa denganmu tapi
hati ini tak pernah sedikitpun berhenti
menyebut namamu, fikiran ini tak pernah sebentarpun melewatkan bayangan wajahmu
yang selalu lalu lalang dalam ingatanku.
Aku seolah tak
berdaya.... Tuhaaannnn apa yang harus kulakukan ? dosakah bila aku seperti ini?
Sementara hati ini nyaman dengan pelukannya. Ku coba sadarkan diri... bahwa ia
telah beristri, ku lepaskan pelukannya “ Dit,,,, maaf aku tak ingin mengganggu
kehangatan rumah tanggamu, baiknya kau pergi dari sini, sinta menunggumu. Tapi
Adit malah duduk bersipu meminta maaf padaku. “Fit... ku mohon maafkan aku, dan
mengertilah dengan perasaanku yang tak pernah bisa melupakanmu, aku tak bisa
menerima kenyataan bahwa aku telah beristri, sekarang aku datang kesini karna aku
ingin menepati janji kita dulu aku ingin mengukir nama kita disini agar mereka
tahu bahwa kamulah wanita yang aku sayangi.
Tapi Dit...
pada kenyataannya semu ini telah berbeda, tak pantas bila kita seperti ini, aku
juga ingin kamu mengerti posisiku disini, aku tak ingin ada orang yang tahu
bahwa saat ini kita berdua sama-sama menangisi masa lalu, ku mohon
pergilahhhh...... ..
Baik aku akan
pergi tapi sebelumnya ijinkan aku mengukir nama kita disini. Ku lihat adit
mengukir nama ADIT & FITRI, aku tak bisa lagi menyaksikannya, Adit... ku
mohon hentikan, kalau kamu tak mau pergi maka aku yang akan pergi dari sini.
Adit pun menghentikan ukirannya , dia kembali menatapku dan berkata “Fitri...
aku masih sangat menyayangimu, dan kuharap kelak kita akan bertemu kembali.
Lalu ia pergi dengan langkah pelan.. sementara aku hanya mampu menangis dan menangis
Tuhaaannnnn inikah TakdirMu ??? sanggupkah aku melewatinya .... kuatkan hati
ini .
Kota Bandung
menjadi tempatku menenangkan hati dan fikiran, setelah lulus wisuda aku
memutuskan untuk bekerja di PT.Phapros
Indonesia dengan jabatan sebagai marketing, aku menikmati kesibukan dalam pekerjaan ini , setidaknya
tak ada waktu bagiku untu mengenang masa lalu, tak ada hal yang dapat
mengingatkanku akan masa lalu itu. Di Bandung juga aku menemukan seorang pria
yang begitu sayang padaku Namanya Fikri Rahardi ..Dialah yang mampu membuatku
lupa pada adit, dia yang mengobati luka dalam dihati ini dia pula yang
membuatku yakin bahwa dia lah yang ditakdirkanNYA untukku.
Delapan bulan
aku dekat dengan Fikri... selama itu juga ingatanku tentang
masa lalu terkubur dalam-dalam, tergantikan dengan sejuta cerita baru tentangku
dan Fikri, hingga pada akhirnya cerita itu sampai pada pernikahan kami tepat di bulan February 2012.
Penulis
Nurul Wasilah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar