Kamis, 05 November 2015

PUISI PRAMUKA

SATYAKU KU DARMAKAN,, DARMAKU KU BAKTIKAN

By: Nurul Wasilah

teriknya panas mentari tak membuat mereka mundur
 turunnya hujan tk mmbuat mereka berlindung
terpaan angin  tak membuatnya gugur
 tetap berdiri tegap dangan sikap sempurna
walau parade mnghadang tapi tak membuatnya lelah
bahkan tetap hormat disaat masa istirahat habis
 mengingatkan diri untuk periksa kerapihan disaat ada bagian dari dirinya yang berantakan
 serong kiri serong kanan dilakukannya untuk melihat sudut-sudut lapang
  hadap kiri –hadap kanan secara teratur meluruskan barisan
balik kanan pun tak ketinggalan untuk melihat apa yang ada di depan dan di belakang
maju satu langkah untuk mengisi barisan yang kosong
mundur satu langkuh manutup barisan
 jalan di tempat guna menyamakan rata-rata air sebagai persiapan
maju jalan-pun dilakukannya dengan penuh kedisiplina
 bahkan push-up dan Banding di tempuhnya untuk menebus kesalahan yang dilakukannya
tak lupa PPM_pun di ucapkannya.
PRAMUKA kekuatanku
AMBALAN SATRIA JAYA_DEWI SARTIKA kebanggaanku
sungguh aku bangga telah menjadi bagian darimu
 takan pernah ku sesali itu, tetaplah berdiri tegak dengan sikap sempurna
 jangan sampai goyah walau badai menghadang
hadapi semuanya dengan kesiapan dan ketulusan
tetaplah bersinar terang di gelapnya cobaan
BERJAYA”lah.
SATYAKU KU DARMAKAN,, DARMAKU KU BAKTIKAN

Rabu, 04 November 2015

Kumpulan puisi Bundha RoeL


Khayal-Ku
By : Nurul Wasilah (11-03-2013)

Sendiri didalam khayalku
Terlintas baying wajahmu
Menari-nari dalam ingatan
Lenggok kiri lenggok kanan

Ingin rasanya mengajakmu bercengkrama
Namun engkau malah tertawa
Mengantarku pada satu masa
Masa yang kita lewati bersama
Disana kita duduk berdua
Bercanda tawa dan bertukar cerita
Indahnya masa itu Takkan pernah ku lupa

Tersadar dalam khayalku
Ku ingat dirimu .. Ku kenang masaku
Mungkin karna aku merindu
Berharap akan hadirmu
Hampir saja aku lupa
Bahwa engkau telah tiada
Dan kini hanya kenangan yang tersisa
Yang tak akan pernah sirna
Karna ternyata di hati ini .. engkau selalu ada





Kesendirianku
By : Nurul Wasilah

Aku datang tanpa permisi
Juga pergi tanpa pamit
Bagai angina dengan hembusan tanpa arti
Dan sebelum aku bertepi
Merebahkan sayap yang hendak patah karna luka yang tak disadari
Akhirnya kudapati ungkapan hati yang tersakiti

Diri ini tak pernah tahu
Dimana harus ku berlabuh
Hempaskan lelah yang tiada tara
Malah semakin sulit ku mengerti
Apa sebenarnya keinginan hati

Meski disini aku kesepian tanpa kawan
Sendiri tiada arti
Tiada tempat tuk bertepi
Tapi kini ku percaya akan naluri
Bahwa diluar sana masih ada yang mengerti

Apa arti janji
Untuk apa air mata membasahi pipi
Bagaimana pelukan yang berarti
Dan seperti apa wajah yang berseri





Aku Kamu Dia  dan MEREKA

Disaat terpaan rasa mengusik ketenangan
Sejenak mata ini ku pejamkan
Namun taka da sedikitpun bayangan
Atas segala keresahan

Aku kamu dia dan mereka
Sebenarnya kita siapa ????
Aku dan kamu merasa sama
dia merasa aku dan dia juga sama

Saat dia berkata-kata , aku luluh karnanya
Namun aku tahu kamu tak suka
Saat ku coba tenangkanmu atas kecewa
Dia seolah terluka tak bahagia
Hingga akhirnya mereka ada

Lalu…. Siapa mereka ?
Dating tanpa permisi pergi tanpa kata
Sesak terasa.. sakit di dada
Hadirnya selalu mengundang Tanya
Tanpa ada jawabnya

By :

Nurul Wasilah (11 Mei 2015 )


BAYANGANMU

Dikala mata ini terpejam
Terlintas bayang wajahmu
Dengan seuntai senyum kerinduan
Akupun tak berani melepas bayanganmu
Walaupun itu hanya sekejap

Terlalu berdosa jikalau diri ini melupakanmu sejenak
Hanya karna satu hal tak berarti
Yang sempat mengusik hati

Ku harap perpisahan itu tak pernah ada
Dikala kita menjalani kebersamaan yang sederhana
Seperti sederhananya isyarat yang disampaikan awan kepada langit
Yang kemudian menjadikannya hujan
Namun kesederhanaan itu mampu menghadirkan kebahagiaan

Seperti halnya kebersamaan kita
Isyarat yang disampaikan mata kepada hati
Mampu menjadikannya ketulusan
Untuk saling menyayangi dan mengerti
Saat ini, esok bahkan selamanya
RoeL’13



Akhir Perjuangan IBu

Pagi itu…
Dikala sang mentari pancarkan senyuman
Sinar-nya hangatkan kesunyian jiwa
Tetesan embun pagi menjadi saksi bisu
Atas ketulusan pengorbanannya

IBU…..
Dentang nafasmu tak pernah henti Menyeruak hari hingga senja 
Tak ada lelah menggores di wajahmu
Tak ada kesal kala semua harus kau lalui
Langkah itu terus berjalan untuk kami
Hingga saat sang cakrawala tenggelam
Ditelan bintik-bintik kegelapan malam
Semangatmu masih tetap membara

Malam itu ……….
Dikala sang purnama menerangi gelapnya malam
Dikala seluruh insan terlelap dalam mimpi indahnya
Sunyi-nya malam berhiaskan gemerlap bintang
Menambah pesona ke-elokan

Rintihan Ibu……
Rintihan Ibu terdengar mengusik kesunyian
Keringat yang bercucuran tak terbendungkan
Dengan kesabaran dan ketakwaan
Sejuta sakit ia hadapi demi terlahir aku yang lemah

Andai kata ……
Andai kata semua pengorbanan itu tak dilakukan
Akankah aku terlahir ke dunia ?
Akankah aku menjadi seperti saat ini ?

Tak cukup…….
Tak cukup sampai disana
Setelah aku dewasa Kasihmu masih tetap menyala
Tak terlintas bosan, kesal dan lelah
Kau didik dan tuntun aku dengan ketulusanmu
Kau taburkan benih kasih sayang
Kau semaikan iman dan ketakwaan
Al-Qur’an dan Assunah menjadi pedoman
Agar aku tak salah memilih jalan

Dan kini ………
Tiba saatnya aku melangkah menuju masa depan
Menggapai mimpi .. meraih cita-cita
Iringi langkahku dengan do’a restu-mu
Nantikan aku pulang ..
Membawa kesuksesan atas perjuanganku

IBU ………..
Sekian lama engkau menantiku
Memendam  rindu yang terbelenggu
Disetiap senja kau berdiri di depan pintu
Berharap aku datang menghampirimu
Tak ada keluh kesah atas Rasa sakitmu  
Hanyalah ketulusan senyum-mu yang selalu kau pancarkan

Tak kuasa …….
Tak kuasa aku  menahan tangis
Dikala kupandangi wajahnya.. tak aada lagi senyum di bibirnya
Kini….. ia yang aku banggakan
Telah  terkujur  kaku tak mungkin lagi berbuat sesuatu
Tanpa terkecuali membelaiku

Wahai malaikatku……..
Yang membangunkaku dari lelapnya mimpi
Kehangatan cinta yang tak  kau pungkiri
Tak mungkin lagi dapat ku alami
Dan takan pernah lagi terjadi

IBU ……..
Mengapa setelah apa yang kau impikan telah ku rengkuh
Malah kau pergi tinggalkanku tuk selamanya
Maafkan aku, tak sempat membanggakanmu
Begitu banyak dosa yang kulakukan  terhadapmu
Saat ini, detik ini, disini  aku hanya bisa merengkuhmu dalam tangisku

IBU …………
Jasamu tiada terbalas, tiada terbeli
Tiada akhir bahkan tiada tara
Terlukis indah jasamu didalam syurga
Tangisku menjadi saksi atas rasa cintaku padamu

Oh….. Tuhan
Dengan penuh kepasrahan
Tenggelamkan Ibuku dalam samudra ampunanmu
Penjarakan ia dalam sehelai kasih sayangmu
Ku mohonn Yaa Robbbii…..