Kamis, 25 Februari 2016





LAPORAN PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI
Pewarnaan Bakteri
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Mikrobiologi yang diampu oleh Ibu Dewi Hernawati, M.Pd.



Oleh :
Nurul Wasilah (11541043)
3-A

 
 







JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
(STKIP)
GARUT

2014







KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun ucapkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan Laporan praktikum Mikrobiologi mengenai “Pewarnaan Bakteri ” ini dengan sebaik-baiknya dalam waktu yang tepat.
Laporan praktikum  ini disusun berdasarkan sistem pengajaran dosen dan merupakan salah satu tugas dari mata kuliah Mikrobiologi , yang diampuh oleh Ibu Dewi Hernawati, M. Pd. Tidak lupa Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak  yang mendukung pembuatan Laporan Praktikum  ini sehingga dapat selesai pada waktu yang ditentukan. Semoga Laporan Praktikum ini bermanfaat bagi para pembaca.
Akhir kata tiada gading yang retak begitu pula dengan makalah ini yang masih sangat jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kritik beserta saran dari para pembaca demi penulisan makalah selanjutnya di kemudian hari.



  


Garut , 23 Januari  2014

Penulis







DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………………..............     i
DAFTAR ISI  …………………………………………………………..      ii
BAB I             PENDAHULUAN   
A.    Latar Belakang…………………………………………..............      1
B.     Tujuan…………………………………………………...............      1
C.     Landasan Teori.............................................................................      2-3
D.    Alat dan Bahan.............................................................................      4
E.     Langkah Kerja .............................................................................      5-6
BAB II            PEMBAHASAN
A.    Hasil Pengamatan………………………………………….. ......      7
B.     Pembahasan…………………………………………..................      8-9
BAB III          PENUTUP
Kesimpulan…………………………………………………..................       10
DAFTAR PUSTAKA            …………………………………………………..      11










BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang

Bakteri memiliki beberapa bentuk yaitu Basil, cocus, dan Spiral. Bakteri yang berbentuk cocus maupun Basil dibagi menjadi beberapa macam, Pada bentuk Basil pembagiannya yaitu : Basil tunggal, diplobasil dan tripobasil. Sedangkan pada kokus dibagi menjadi monococus, diplokokus sampai stophylococus. Khusus pada spirilum hanya dibagi dua yaitu : Setengah melengkung dan melengkung.
Melihat dan mengamati bakteri secara langsung sangat sulit, karena selain bakteri itu tidak berwarna juga transfaran dan sangat kecil. Untuk mengatasi hal tersebut maka dikembangkan suatu tekhnik pewarnaan sel bakteri dan ini merupakan salah satu cara yang paling utama dalam penelitian-penelitian mikrobiologi (Dwijoseputro,1998).
Zat warna yang mengabsorpsi dan membiaskan cahaya sehingga kontras mikroorganisme dengan sekelilingnya ditingkatkan. Penggunaan zat warna memungkinkan pengamatan struktur sel seperti spora, flagella dan bahan inklusi yang mengandung zat pati dan granura fosfat. Pewarnaan yang digunakan untuk melihat salah satu struktur sel disebut pewarnaan khusus, sedangkan pewarnaan yang digunakan untuk memilah organisme disebut pewarnaan diferensial. Pewarnaan gram merupakan contoh pewarnaan diferensial yang memilah bakteri menjadi dua yaitu kelompok gram positif dan gram negatif.
Tekhnik pewarnaan bukanlah merupakan pekerjaan yang sulit tetapi hanya memerlukan ketelitian dan kecermatan dalam bekerja serta memahami setiap langkah yang akan dikerjakan serta mengikuti aturan dasar yang berlaku selama praktikum dilakukan.
Oleh karena itu, yang melatar belakangi praktikum ini yaitu untuk mengetahui tekhnik pewarnaan mikroorganisme sehingga mempermudah kita dalam melihat bagian-bagian bakteri. Diharapkan dengan percobaan ini, Mahasiswa mampu melakukan berbagai pewarnaan bakteri sesuai dengan peruntukkannya.

B.     Tujuan
·         Menyiapkan olesan bakteri sebagai prasarat bagi berbagai pewarnaan
·         Melakukan cara-cara pewarnaan
·         Mengamati bentuk-bentuk bakteri dan reaksinya terhadap zat kiia (warna)

C.     Waktu Pelaksanaan
·         Hari                 : Senin
·         Tanggal            : 20 Januari 2014
·         Tempat            : Laboratorium Mikrobiologi UPI Bandung
D.     Landasan Teori

Olesan Bakteri yang baik dan disiapkan sebagaimana mestinya merupakan prasyarat bagi berbagai macam pewarnaan. Olesan Bakteri yang baik, yang tidak terlalu tebal ataupun terlalu tipis dan bila difiksasi dengan panas akan tahan pencucian satu kali atau lebih selama berlangsungnya proses pewarnaan sehingga organismenya tidak hilang tercuci namun sel-selnya tidak menjadi salah bentuk ataupun menyusut.
Kaca Objek yang dipakai tidak boleh tergores dan harus bersih betul. Karena ukuran sel bakteri amat kecil, maka goresan atau partikel-partikel debu pada kaca objek dapat dikelirukan sebagai mikroorganisme. Disamping itu olesan pada kaca objek yang berlemak atau berdebu akan cenderung mengumpul dan tidak dapat menyebar dengan baik.
Pada tahun 1884, seorang bakteriologiwan Denmark secara kebetulan menemukan prosedur pewarnaan gram. Pewarnaan ini mungkin merupakan salah satu prosedur yang amat penting dan paling banyak digunakan dalam klasifikasi bakteri. (Hadieotomo,1988).
Ada 5 macam pewarnaan, yaitu :
1.      Pewarnaan sederhana, memungkinkan untuk melihat bakteri dengan jelas, tetapi tidak dapat membedakan jenis-jenis bakteri yang berbeda dalam morfologi yang sama,
2.      Pewarnaan tahan asam, untuk pewarnaan bakteri yang mengandung sejumlah besar besar zat lipoid (berlemak) didalam dinding selnya yang menyebabkan tidak permeabel terhadap zat warna yang umum,
3.      Pewarnaan spora, untuk pewarnaan bakteri yang membentuk endospora yang tahan terhadap kondisi ekstrim sehingga dibutuhkan perlakuan yang keras,
4.      Pewarnaan kapsul, dan
5.      Pewarnaa negative, metode ini bukan untuk mewarnai bakteri tetapi mewarnai latar belakangnya hitam gelap.
Pewarnaan sederhana paling umum digunakan dan disebut demikian karena hanya digunakan satu jenis zat warna untuk mewarnai organisme tersebut. Kebanyakan bakteri mudah bereaksi dengan pewarna-pewarna sederhana karena sitoplasmanya bersifat basofilik (suka asam basa ). Zat-zat warna yang digunakan untuk pewarnaan sederhana umumnya bersifat alkalin. Dengan pewarnaan sederhana dapat mengetahui bentuk dan rangkaian sel-sel bakteri.
 basa yang biasa digunakan untuk pewarnaan sederhana adalah methilen biru, kristal violet dan karbol fuchsin. Lamanya ketiga zata warna tersebut menutupi sediaan mikroskopik berbeda-beda. Methilen biru memerlukan waktu 1-2 menit, kristal violet 2-60 detik, karbol fuchsin 15-30 detik.

Pewarnaan gram banyak dilakukan untuk identifikasi bakteri, terutama yang berkaitan dengan kesehatan. Hasil pewarnaan ada dua macam yaitu yang berwarna ungu disebut gram positif dan yang berwarna merah disebut gram negatif. Prinsip pewarnaan gram adalah kemampuan dinding sel mengikat zat warna dasar (kristal violet) setelah pencucian dengan alkohol 96%. Keadaan tersebut berhubungan dengan komposisi senyawa penyusun dinding sel. Pada bakteri gram positif mengandung peptidoglikan lebih banyak dan lemak lebih sedikit dibanding bakteri gram negatif.

Komposisi dinding sel bakteri gram positive berbeda dengan bakteri gram negative. Dinding sel yang lebih yang tebal pada bakteri gram positive menyusul oleh perlakuan alkohol karena terjadi dehidrasi. Sedangkan sel-sel gram negative mempunyai kandungan lipid yang lebih tinggi pada dinding selnya dan lipid pada umumnya larut dalam alkohol dan aseton. Contoh dari gram positive adalah S.aureus dan gram negative adalah E.coli. (Hadioetomo, 1988).
            Perbedaan struktur dinding sel bakteri gram positive dan gram negative sehingga menyebabkan perbedaan reaksi dalam permeabilitas zat warna dan penambahan larutan pemucat. Sebagian besar dinding sel bakteri gram positive terdiri dari peptidoglikan, sedangkan dinding sel bakteri gram negative mempunyai kandungan lipida yang tinggi dibandingkan dinding sel bakteri gram negative (Lay,1994).

Pewarnaan gram menggunakan 4 reagent yang berbeda dan dilakukan melalui empat tahapan kerja :
1.      Pemberian warna dasar kristal violet, semua sel akan berwarna ungu
2.      Warna dasar diikat dengan reagent gram iodine atau lugol (sebagai pewarna penguat atau mordan ), akan terbentuk kompleks crystal violet-iodine (kompleks CV-1) yang sukar larut dan semua sel akan berwarna ungu kehitaman. Pada bakteri gram positif kompleks Cv-1 akan berkaitan dengan magnesium-Ribonucleic acid komponen dinding sel, membentuk kompleks magnesium-ribonucleic acid-crystal violet iodine (kompleks Mg-RNA-CV-1)- yang tidak larut dalam alkohl.
3.      Alkohol 96% sebagai senyawa dekolorisasi akan melarutkan lemak. Pada bakteri gram positif (+) kandungan lemaknya sedikit, pada waktu pencucian dengan alkohol lemak akan larut dan membentuk pori yang kecil yang kemudian tertutup oleh protein yang terdehidrasi alkohol, sehingga pori tertutup. Akibatnya kompleks Mg-RNA-CV-1 tetap dalam dinding sel. Lemak dalam dinding sel bakteri gram negatif (-) banyak, sehingga waktu pelarutan dengan alkohol menghasilkan pori yang besar yang tidak dapat tertutup protein yang terdehidrasi. Akibatnya alkohol mencuci semua kompleks CV-1 dan sel kehilangan warna.
4.      Safranin sebagai zat warna lawan digunakan untuk menggantikan dasar yang telah hilang tercuci alkohol. Bakteri gram negatif akan berwarna sedangkan bakteri gram positif tidak.
Sifat gram ditentukan oleh sifat- sifat fisik dan kimia dinding dan membran selnya. Selama proses pewarnaan, penambahan alcohol terhadap bakteri gram negative menyebabkan terekstraksinya lipid sehingga memperbesar daya rembes/permeabilitas dinding sel gram negative. Jadi kompleks Kristal violet-Iodium (lugol) yang telah memasuki dinding sel selama langkah awal dalam pewarnaan dapat diekstraksi. Karena itu gram negative kehilangan warna tersebut. Karena kandungan lipidnya lebih rendah, dinding sel bakteri gram positif menjadi terdehidrasi selama perlakuan dengan alcohol. Ukuran pori-pori mengecil, permeabilitas berkurang dan kompleks Kristal violet–iodium tidak dapat terekstraksi. Pada saat pemberian cat penutup (safranin), bakteri gram negative terwarnai sehingga berwarna merah, bakteri gram positif tidak terwarnai sehingga berwarna ungu. (Tim bakteriologi umum, 2005)
Ciri-ciri bakteri gram negatif yaitu :
1.      Struktur dinding selnya tipis, sekitar 10 – 15 mm,    berlapis tiga atau multilayer.
2.      Dinding selnya mengandung lemak lebih banyak (11-22%), peptidoglikan terdapat didalam lapisan kaku, sebelah dalam dengan jumlah sedikit  10% dari berat kering, tidak mengandung asam tekoat.
3.      Kurang rentan terhadap senyawa penisilin.
4.      Pertumbuhannya tidak begitu dihambat oleh zat warna dasar misalnya kristal violet.
5.      Komposisi nutrisi yang dibutuhkan relatif sederhana. (Hadiotomo, 1990)
Sedangkan ciri-ciri bakteri gram positif yaitu :
1.      Struktur dinding selnya tebal, sekitar 15-80 nm, berlapis tunggal atau monolayer.
2.      Dinding selnya mengandung lipid yang lebih normal (1-4%), peptidoglikan ada yang sebagai lapisan tunggal. Komponen utama merupakan lebih dari 50% berat ringan. Mengandung asam tekoat.
3.      Bersifat lebih rentan terhadap penisilin.

E.     Alat dan Bahan
v  Pembuatan sediaan mikroskopis
·         Objek glass
·         Alkohol 96%
·         Jarum Inokulasi
·         Pembakar Bunsen
·         Aquadest/Air
·         Biakan bakteri umur 24 jam, bibit yoghurt
·         Kapas
·         Pipet tetes
v  Pewarnaan sederhana
·         Mikroskop
·         Lampu spirtus
·         Jarum inokulasi
·         Bak dan Rak pencuci
·         Objek gelas
·         Botol semprot
·         Kertas isap
·         Biakan bakteri 24 jam
·         Methilen blue
·         Kertas lensa
·         Minyak imersi
·         Xylol
v  Pewarnaan Gram
·         Mikroskop
·         Lampu spirtus
·         Jarum inokulasi
·         Botol semprot
·         Staining jar
·         Objek glass
·         Biakan bakteri 24-28 jam
·         Kristal violet
·         Larutan iodium
·         Safranin
·         Alkohol 96%

F.      Langkah Kerja
v  Pembuatan sediaan mikroskopis
1.      Objek glass dibersihkan hingga bebas lemak, dengan kapas beralkohol
2.      Diteteskan satu tetes air/Aquadest dengan menggunakan pipet tetes pada objek glass tersebut
3.      Jarum inokulasi dipijarkan dan di dinginkan
4.      Biakan bakteri diambil dengan jarum inokulasi tersebut, kemudian dicampurkan dengan tetesan aquadest pada objek gelas, suspensi tersebut sehingga menjadi sediaan sediaan yang tipis dalam bentuk lingkaran kira-kira diameter 1cm.
5.      Sediaan tersebut di keringkan di udara
6.      Sediaan tersebut di rekatkan dengan melewatkan objek gelas bagian bawahnya diatas api sebanyak tiga kali , cara ini disebut (fiksasi panas). Ada juga sediaan yang difiksasi dengan metil alkohol atau bahan kimia lain.
7.      Sediaan siap untuk diwarnai
8.      Untuk pembuatan sediaan dari media cair, tidak diperlukan tetesan air, cukup menebarkan dari bahan itu sendiri.
v  Pewarnaan Sederhana
1.      Sediaan mikroskopik dibuat dari bahan biakan yang diwarnai
2.      Sediaan tersebut dituangi methylen blue , larutan zat warna harus menutupi seluruh permukaan sediaan
3.      Dibiarkan selama 1-3 menit
4.      Sediaan tersebut dibilas dengan air menggunakan botol semprot ,air dialirkan tidak boleh kena sediaan langsung
5.      Dikeringkan di udara atau dengan menggunakan kertas isap, selipkan diantara dua kertas isap
6.      Sediaan diamati dibawah mikroskop dengan menggunakan lensa objektif 100x yang terlebih dahulu sediaan ditetesi minyak imersi
7.      Semua bentuk sel dan rangkaian sel yang ditemukan digambar
8.      Setelah diamati, lensa objektif dibersihkan menggunakan kapas yang telah dibasahi xylol (untuk menghapus minyak imersi).
v  Pewarnaan Gram
1.      Sediaan mikroskopis dibuat dari biakan yang akan diwarnai
2.      Sediaan dituangi dengan karbol kristal violet, biarkan selama 3 menit
3.      Kelebihan zat warna pada sediaan tersebut dibuang
4.      Dituangkan larutan lugol, biarkan selama 45-60 detik
5.      Dimasukkan kedalam alkohol 96% dalam beker gelas, goyang-goyangkan selama 1 menit
6.      Dibilas dengan air menggunakan botol semprot, dikeringkan dengan kertas isap
7.      Dituangkan larutan safranin 0, biarkan selama 3 menit
8.      Dicuci dengan air menggunakan botol semprot dan di keringkan di udara
9.      Sediaan diamati dibawah mikroskop dengan menggunakan lensa objektif 100x, terlebih dulu sediaan ditetesi minyak imersi.
10.  Hasil pewarnaan :
·         Berwarna ungu                        :  Gram positif
·         Berwarna merah          :  Gram negatif




















BAB II
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN
A.     Hasil Pengmatan
Gambar
Pewarnaan Sederhana

·         Mikroorganisme : Bakteri
·         bentuk sel : Basil, Cocus
·         Rangkaian Sel : Diplobasil, tripobasil,monococus,dan stophyloococus
·         warna sel : ungu

Gambar
Pewarnaan Gram

·         Mikroorganisme : Bakteri
·         bentuk sel : Basil, Cocus
·         Rangkaian Sel : Diplobasil, tripobasil,monococus,dan stophylococus
·         warna sel : Merah

B.     Pembahasan
Macam-macam pewarnaan yang di lakukan dalam praktikum tentang cara-cara pewarnaan antara lain :
a.       Pewarnaan sederhana
Tujuan dari pewarnaan sederhana adalah mengidentifikasi morfologi sel bakteri dengan menggunakan zat warna tunggal. Prinsipnya yaitu  pewarnaan ini hanya menggunakan satu macam zat warna saja. Sebelum zat warna difiksasi terlebih dahulu pewarnaan ini dipakai untuk melihat bentuk-bentuk bakteri. Zat warna yang di gunakan adalah Methylen blue, Crystal violet, basic fuchin atau safranin. Fungsi zat warna: Crystal violet merupakan pewarna primer (utama) yang akan memberi warna mikrioorganisme target. Crystal violet bersifat basa sehingga mampu berikatan dengan sel mikroorganisme yang bersifat asam (Sutedjo, 1991).
b.      Pewarnaan Negatif
Tujuan dari pewarnaan negatif adalah untuk mengetahui bentuk mikroba dengan pewarnaan-pewarnaan tidak langsung. Prinsip pewarnaan negatif adalah cara pengamatan mikrobiologi yang dapat di lakukan untuk membedakan spesies kecil dan cairan optiknya. Pewarnaan ini merupakan pewarnaan yang di gunakan untuk melihat secara tidak langsung, karena yang diwarnai adalah latar belakangnya, sedangkan bakterinya sendiri tidak mengalami pewarnaan. Pada pewarnaan ini tidak di lakukan fiksasi karena itu dapat digunakan untuk melihat bentuk-bentuk sel yang sesungguhnya dan untuk menentukan ukuran bakteri, karena bakteri praktis tidak mengalami perubahan. Berbeda dengan pewarnaan lain, pewarnaan negatif memungkinkan bakteri terlihat transparan dan tampak jelas. Fungsi zat warna: Safranin merupakan pewarnaan tandingan atau pewarna skunder, zat ini berfungsi untuk mewarnai sel-sel yang telah kehilangan warna utama dengan kata lain memberikan warna pada bakteri non target (Pelczar, 2007).
c.       Pewarnaan Gram
Tujuan dari pewarnaan gram adalah untuk melakukan pengamatan morfologi bakteri dengan pewarnaan diferensial. Prinsip pewarnaan gram termasuk pewarnaan diferensial (untuk membedakan) karna dapat membedakan bakteri-bakteri yang bersifat gram negatif dan positif. Pewarnaan ini ditemukan pertama kali pada tahun 1884 oleh Criestian Gram.
Bakteri garam positif  ialah bakteri yang mengikat warna utama (crystal violet) dengan kuat sehingga tidak dapat di lunturkan oleh peluntur dan tidak diwarnai lagi oleh zat warna lawan (safranin) pada mikroskop sel-sel bakteri tampak berwarna ungu.
Bakteri gram negatif  ialah bakteri yang mempuyai daya mengikat zat warna utama tidak kuat sehingga dapat dilunturkan oleh  peluntur dan dapat diwarnai oleh zat warna lawan (safranin) pada pengamatan mikroskop sel-sel bakteri tampak berwarna merah.
Fungsi zat warna:
-        Crystal violet yang berfungsi membentuk ikatan mg-Ribonucleid acid pada membran/dinding sel bakteri sehingga membentuk kompleks mg-Ribonucleid acid- crystal violet. Kompleks ini merupakan senyawa yang tidak luntur dengan alkohol.
-        Lugol’s ladin yang berfungsi sebagai penguat ikatan pada kompleks mg-Ribonuclead acid.
-        Alkohol 95% berfungsi mencuci lemak pada dinding sel bakteri.
-        Safranin berfungsi sebagai zar warna tandingan (lawan) luruh nya kompleks mg-Ribonucleid acid- crystal violet dari dinding sel bakteri gram negatif (Pelczar, 2007).
Perbedaan dan ciri-ciri bakteri garam positif dan bakteri garam negatif:
Bakteri garam negatif adalah bakteri yang tidak mempertahankan zat warna crystal violet sewaktu proses pewarnaan gram, sehingga akan berwarna merah jika diamati dengan mikroskop. Disisi lain bakteri garam negatif seperti Eschercia coli memiliki sistem membran ganda di mana membran plasmanya diselimuti oleh membran luar permeabel. Bakteri ini mempunyai dinding sel tebal berupa peptidoglikan yang terletak di antara membran dalam dan luarnya, bakteri ini juga bersifat patogen yang berarti mereka berbahaya bagi organisme inang. Sifat patogen ini umumnya berkaitan dengan komponen tertentu pada dinding gram negatif terutama lapisan lipopolisakarida (dikenal juga dengan lapis atau endotoksin). Disisi lain, bakteri gram positif akan berwarna ungu perbedaan keduanya didasarkan pada perbedaan struktur dinding sel yang berbeda dan dapat dinyatakan oleh prosedur pewarnaan gram. Bakteri gram negatif seperti Staphylococcus aureus (bakteri pathogen yang umumnya pada manusia) hanya memiliki membrane plasma tunggal yang dikelilingi membrane plasma tebal berupa peptidoglika sekitar 90% dari dinding sel tersebut tersusun atas peptidoglika sedangkan sisanya berupa molekul lain bernama asam teikoat (Pelczar, 2007).
Fiksasi adalah proses yang dilakukan untuk pewarnaan yang dapat berpenetrasi kedalam endospora. Yang membuat praktikum kurang akurat disebabkan oleh faktor kesalahan adapun faktor kesalahan sebagai berikut: Fiksasi yang kurang tepat dapat mengakibatkan bakteri mati, Pemberian zat warna yang terlalu berlebihan dapat memperlambat pengeringan tanpa fiksasi dan memperlambat proses pengamatan, Sentuhan atau geseran pada preparat yang telah berisi bakteri dapat menganggu struktur bakteri.
















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari hasil percobaan yang teah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1.      Pewarnaan bakteri bertujuan agar bakteri dapat terlihat oleh mikroskop, karena pada dasarnya bakteri tidak memiliki zat warna
2.      Pewarnaan bakteri dipengaruhi faktor-faktor antara lain : fiksasi, pelunturan warna, substrat, intensifikasi pewarnaan dan penggunaan zat warna penutup.
3.      Perbedaan pada gram positif dan gram negatif terletak pada warnanya, gram positif berwarna ungu karena dapat mempertahankan zat pewarna kristal violet serta perbedaan terjadi pada dinding sekelilingnya.sedangkan gram negatif berwarna merah karena tidak dapat memepertahankan zat pewarna kristal violet.
4.      pada pewarnaan sederhana mikroorganisme bakteri tersebut bentuk selnya ada dua macam yaitu : basil dan kokus, rangkaian selnya ada yang diplobasil, tripobasil, monococus, diplokokus dan stophylococus, dan warna selnya berwarna ungu.
5.       Sedangkan pada pewarnaan gram yang kami amati di bawah mikroskop hasilnya menunjukan bahwa mikroorganisme tersebut merupakan gram negatif karena warna sel  yang diamati berwarna merah, bentuk dari bakteri yang diamati ada dua macam yaitu basil dan kokus, sedangkan rangkaian selnya ada beberapa macam, diantaranya : monococus, stophylococus, diplobasil dan tripobasil.













DAFTAR PUSTAKA

·         Hadioetomo. 1988. Mikrobiologi Dasar Dalam Praktek. PT Gramedia:Jakarta.
·         Lay dan Hartono.1992. Mikrobiologi. Jakarta : Rajawali Pers.
·