CELOTEHAN HATI
Merasa wajar bila diri ini kecewa atas hal yang tidak
sesuai harapan. Aku mendapatkan sebuah kenyataan yang diluar dugaan. Sebenarnya
selain kecewa ada amarah di diriku yang belum sempat ku ungkapkan. Hanya
bersarang dihatiku dan mulai tak mampu kuredam emosiku, tapi ditengah
keheningan malam ku coba bertanya pada hembusan angin yang menyapa tubuhku
tanpa permisi.
Hei angin, pantaskah aku menyimpan rasa kecewa dan amarah
ini untuknya ( sosok yang telah ku anggap adik ) ? setelah ia melakukan salah
dalam ketidaksadarannya. Sang angin malah semakin berkecamuk membakar tubuh melakukan
pergerakan dari atas ke bawah. Membalut tubuhku hingga tak lagi kurasakan
kehangatan dalam diriku. Tapi setidaknya
hembusan angin telah mampu meredam emosiku yang sempat memanas dalam gejolak
batinku.
Hei kau ,, Fikiran yang kini tak lagi tenang karena sejuta
terpaan rasa, apa yang telah kau katakan hingga kini aku kehilangan akal
sehatku ? tak lagi ku dengar nurani yang sering kali berbisik dalam geramku.
Engkau harus tahu bahwa apa yang kau katakana itu tak selamanya benar, kecuali
haanya ego semata yang memuncak dikala emosi tak setabil.
Sesungguhnya aku tahu dan aku sadar diri, aku hanya merasa
benar diatas hak ku sendiri tanpa pernah memperhatikan hak orang lain yang
lebih berhak atas haknya sendiri tanpa tepengaruh oleh hak aku sebagai seorang
kakak. Kakak yang entah dalam keadaan seperti apa aku dianggapnya sebagai
kakak. Karena ada keadaan-keadaan tertentu yang membuatku merasa aku bukan
siapa-siapa dan tak sedikitpun bermakna dalam hidupnya. Itulah yang menjadi
penyebab, aku hanya harus menunaikan kewajibanku untuknya tanpa harus meminta
hak aku darinya.
Biarlah, biar aku yang lebih mengerti dan menyadari siapa
aku dengan rasa kecewaku ini. Tanpa harus kau tahu bahwa aku kecewa karenamu
dan terluka atas perbuatanmu yang tak pernah ku duga sebelumnya, dan untuk
selanjutnya engkau tak perlu merasa terikat denganku, kau bebas melakukan
apapun. Semuanya, sesuka hatimu sampai kau dapat merasakan kepuasan dan kebahagiaan
atas apa yang kau lakukan. Dan mungkin aku hanya akan diam saja memperhatikanmu
dari kejauhan tanpa sedikitpun celah
atau jejak yang akan engkau temukan bahwa aku masih tetap memperhatikanmu, aku
cukup pandai untuk bersembunyi dan menempatkan diri .
Jadi, mulailah kau lupakan bayang-bayang wajahku yang
selalu menghantuimu, hilangkan komitmen kita dari fikiranmu, dan tak perlu lagi
kau lakukan perintah apalagi menerapkan prinsipku dalam hidupmu, oh semua itu
sudah tak perlu lagi untukmu, anggaplah sebagai kenangan dimasa lalu.
Kini engkau kan dapatkan hidupmu sendiri, kebebasanmu atas
semua angan, harapan dan keinginanmu selama ini. Pergilah kemanapun kau mau,
jangan pernah sedikitpun merasa aku akan membuntutimu atau selalu ada
dibelakangmu. Karena kini aku tahu dimana tempatku yang sesungguhnya dalam
hidupmu dan aku akan pastikan berada pada tempat itu secepatnya. Hingga pada
saatnya nanti aku akan kembali setelah engkau mulai sadar dan merasa
benar-benar kehilanganku dari hidupmu. Dan engkau tak perlu mencariku karena
pada saat itu aku tahu bagaimana perasaanmu dengan haerapan serta keinginanmu
dariku.
Baru setelah itu kita akan menentukan, mau seperti apa kita
selanjutnya dan mau dibawa kemana cerita kita yang sebenarnya. Terimakasih atas
sejuta cerita dan warna-warna yang telah kau torehkan dalam hidupku, tak dapat
kupungkiri bahwa itu telah membuatku merasa bahagia atas hidupku yang sempat
sempurna karena adanya sosokmu dalam hidupku.
Semoga disana engkau akan temukan sejuta harapan dan impian
yang selama ini hanya menjadi angan dan bayangan semu dalam ingatanmu. Aku-pun
berharap agar kau bisa lebih merasa bahagia dari yang aku kira. Sampai jumpa
kembali dibatas waktu yang akan mempertemukan kita kembali. Semoga tak terlalu
banyak dari diri kita yang berbeda saat kita berjumpa,, hingga tak membuat kita
kembali merasa enggan bertegur sapa atau bertukar cerita bahkan saling melepas
rindu !!!
Jum’at,
23 Oktober 2015
By :
Nurul
Wasilah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar