Selasa, 03 November 2015

Celotehan hati bundha RoeL



CELOTEHAN HATI
                                                    
Merasa wajar bila diri ini kecewa atas hal yang tidak sesuai harapan. Aku mendapatkan sebuah kenyataan yang diluar dugaan. Sebenarnya selain kecewa ada amarah di diriku yang belum sempat ku ungkapkan. Hanya bersarang dihatiku dan mulai tak mampu kuredam emosiku, tapi ditengah keheningan malam ku coba bertanya pada hembusan angin yang menyapa tubuhku tanpa permisi.
Hei angin, pantaskah aku menyimpan rasa kecewa dan amarah ini untuknya ( sosok yang telah ku anggap adik ) ? setelah ia melakukan salah dalam ketidaksadarannya. Sang angin malah semakin berkecamuk membakar tubuh melakukan pergerakan dari atas ke bawah. Membalut tubuhku hingga tak lagi kurasakan kehangatan dalam diriku. Tapi  setidaknya hembusan angin telah mampu meredam emosiku yang sempat memanas dalam gejolak batinku.
Hei kau ,, Fikiran yang kini tak lagi tenang karena sejuta terpaan rasa, apa yang telah kau katakan hingga kini aku kehilangan akal sehatku ? tak lagi ku dengar nurani yang sering kali berbisik dalam geramku. Engkau harus tahu bahwa apa yang kau katakana itu tak selamanya benar, kecuali haanya ego semata yang memuncak dikala emosi tak setabil.
Sesungguhnya aku tahu dan aku sadar diri, aku hanya merasa benar diatas hak ku sendiri tanpa pernah memperhatikan hak orang lain yang lebih berhak atas haknya sendiri tanpa tepengaruh oleh hak aku sebagai seorang kakak. Kakak yang entah dalam keadaan seperti apa aku dianggapnya sebagai kakak. Karena ada keadaan-keadaan tertentu yang membuatku merasa aku bukan siapa-siapa dan tak sedikitpun bermakna dalam hidupnya. Itulah yang menjadi penyebab, aku hanya harus menunaikan kewajibanku untuknya tanpa harus meminta hak aku darinya.
Biarlah, biar aku yang lebih mengerti dan menyadari siapa aku dengan rasa kecewaku ini. Tanpa harus kau tahu bahwa aku kecewa karenamu dan terluka atas perbuatanmu yang tak pernah ku duga sebelumnya, dan untuk selanjutnya engkau tak perlu merasa terikat denganku, kau bebas melakukan apapun. Semuanya, sesuka hatimu sampai kau dapat merasakan kepuasan dan kebahagiaan atas apa yang kau lakukan. Dan mungkin aku hanya akan diam saja memperhatikanmu dari kejauhan  tanpa sedikitpun celah atau jejak yang akan engkau temukan bahwa aku masih tetap memperhatikanmu, aku cukup pandai untuk bersembunyi dan menempatkan diri .
Jadi, mulailah kau lupakan bayang-bayang wajahku yang selalu menghantuimu, hilangkan komitmen kita dari fikiranmu, dan tak perlu lagi kau lakukan perintah apalagi menerapkan prinsipku dalam hidupmu, oh semua itu sudah tak perlu lagi untukmu, anggaplah sebagai kenangan dimasa lalu.
Kini engkau kan dapatkan hidupmu sendiri, kebebasanmu atas semua angan, harapan dan keinginanmu selama ini. Pergilah kemanapun kau mau, jangan pernah sedikitpun merasa aku akan membuntutimu atau selalu ada dibelakangmu. Karena kini aku tahu dimana tempatku yang sesungguhnya dalam hidupmu dan aku akan pastikan berada pada tempat itu secepatnya. Hingga pada saatnya nanti aku akan kembali setelah engkau mulai sadar dan merasa benar-benar kehilanganku dari hidupmu. Dan engkau tak perlu mencariku karena pada saat itu aku tahu bagaimana perasaanmu dengan haerapan serta keinginanmu dariku.
Baru setelah itu kita akan menentukan, mau seperti apa kita selanjutnya dan mau dibawa kemana cerita kita yang sebenarnya. Terimakasih atas sejuta cerita dan warna-warna yang telah kau torehkan dalam hidupku, tak dapat kupungkiri bahwa itu telah membuatku merasa bahagia atas hidupku yang sempat sempurna karena adanya sosokmu dalam hidupku.
Semoga disana engkau akan temukan sejuta harapan dan impian yang selama ini hanya menjadi angan dan bayangan semu dalam ingatanmu. Aku-pun berharap agar kau bisa lebih merasa bahagia dari yang aku kira. Sampai jumpa kembali dibatas waktu yang akan mempertemukan kita kembali. Semoga tak terlalu banyak dari diri kita yang berbeda saat kita berjumpa,, hingga tak membuat kita kembali merasa enggan bertegur sapa atau bertukar cerita bahkan saling melepas rindu  !!!
Jum’at, 23 Oktober 2015
By :
Nurul Wasilah   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar