Senin, 24 November 2014

Bagimu Negri jiwa raga Kami



BAGIMU NEGERI ... JIWA RAGA KAMI

Hari ini, Senin 17 November 2014 Saya berangkat ke sekolah lebih awal karena setiap senin di sekolah terbiasa mengadakan Upacara Pengibaran Bendera Merah-Putih. Seperti biasa saya berangkat dari kost’an tepat pukul 06.30 WIB dengan menggunakan Angkot O3 RSU dan angkot 12 Karang Pawitan, Saya suka cemas apabila angkot mulai ngetem menunggu penumpang sampai penuh karena saya takut kesiangan, Apa jadinya bila seorang Guru kesiangan? Malu kan sama Anak-anak didiknya terlebih kita harus selalu memberi contoh yang baik untuk semua Anak didik kita, termasuk contoh dalam hal kedisiplinan dan Tepat waktu.
Alhamdulillah saya tiba di sekolah tepat pukul 07.00 WIB tanpa kesiangan 1 menit pun, tetapi saya sempat mengurungkan niat saya untuk mengikuti upacara karena kebetulan saya sedang sakit perut akibat Datang Bulan, maklum lah perempuan selalu ada tamu rutin yang hadir tiap 1 bulan sekali dan terkadang membuat para perempuan tidak mampu menahan hebatnya rasa sakit di perut meskipun tidak semuanya merasakan . Tetapi saya berfikir “ Tidak ada salahnya saya memaksakan diri untuk mengikuti upacara, toh hanya dalam beberapa menit , pastilah saya kuat berdiri sekitar 30 menit kedepan, kalaupun tidak kuat, saya bisa meninggalkan upacara dengan alasan sakit” gumamku dalam hati. Hingga akhirnya Saya memutuskan untuk mengikuti Upacara, karena ingin mengetahui amanat yang akan disampaikan oleh pihak kepolisian kali ini. Saya beserta Guru-guru yang lain bergegas untuk mengikuti Upacara di Lapangan Sekolah MAN 1 Garut , Kebetulan pada minggu ini kami kedatangan Tamu kehormatan dari pihak Kepolisian Karang Pawitan garut yang akan memposisikan diri sebagai Pembina Upacara minggu ini untuk menyampaikan Amanat dari ketua Polres Garut.  
Tepat Pukul 07.15 Upacara Penaikan Bendera dimulai, Seperti biasa Upacara dipandu oleh seorang protocol, dan kali ini protokolnya mempunyai kualitas suara yang bagus, disertai denga pemimpin upacara yang mempunyai suara yang sangat lantang. Mungkin semua orang tahu bahwa hal yang paling membuat hati berdebar saat upacara berlangsung adalah pada proses penaikan Bendera, tak sedikit orang yang sering khawatir akan adanya kesalahan yang terjadi pada saat proses penaikan bendera, takut benderanya terbalik menjadi putih-merah, takut tambangnya salah Tarik, dan takut penaikan benderanya tidak berjalan lancarr atau bendera tidak sampai puncak tiang seperti apa yang sering ku khawatirkan . Tapi tentunya, banyak juga orang yang berharap agar semuanya baik-baik saja , berjalan lancar dan mengesankan sesuai dengan harapan.
Sebagai seorang Kibra atau orang yang pernah bergelut di dunia PASKIBRA kebahagiaan terbesar itu adalah ketika mampu memberikan yang terbaik untuk Negara melalui Suksesnya proses Pengibaran bendera Merah_Putih sampai menuju puncak tiang Bendera dan Bendera tersebut Berkibar dengan gagah sampai semua orang berhenti memberikan hormat terhadapnya. Dan kekecewaan terbesar seorang anggota PASKIBRA adalah ketika ia gagal dalam proses pengibaran Bendera, karena ia akan merasa malu disaat tak mampu memberikan yang terbaik untuk Negaranya sendiri.
Kali ini, Pengibaran bendera Merah-Putih dilakukan oleh 3 orang perempuan yang sudah terbiasa menjadi petugas pengibaran disetiap minggunya yang sudah berbaris disebelah kiri lapangan dengan posisi sikap sempurna. Terdengar jelas kalimat yang diucapkan protocol untuk point nomor 10 dalam susunan Acara yaitu “ Pengibaran Bendera Merah-Putih oleh petugas upacara  diiringi lagu Kebangsaan Indonesia Raya” . Dengan sigap para petugas pengibar bendera mengawali tugasnya dengan meluruskan barisan , hanya memerlukan waktu beberapa detik untuk sampai di depan bendera, dan disinilah proses pengibaran dimulai, saat itu pula jantungku mulai berdegup kencang pertanda kekhawatiran mulai datang tetapi bibirku berusaha menenangkan dengan terus berdo’a semoga semuanya baik-baik saja.
 Namun entah kenpa hati ini seolah berbisik bahwa akan terjadi kesalahan disaat melihat posisi tambang yang dikaitkan pada ujung bendera terlihat tidak pas , dan beberapa detik kemudia kekhawatiranku terjawab dengan adanya kejadian ujung Bendera yang merah terlepas dari tali tambangnya, saat itupula hatiku merasa sakit dan kecewa saat melihat sang bendera hampir menempel di dasar tiang dan lebih kecewa lagi saat semua ini disaksikan oleh pak polisi sebagai Pembina upacara.
Setelah para petugas berusaha memperbaikinya, akhirnya posisi bendera kembali ke semula dan bendera mulai digerek ke atas diiringi Lagu kebangsaan Indonesia Raya oleh Team Obade. Namun sayangnya, kesalahan kedua muncul ketika para petugas terlalu pelan menggerek Bendera hingga pada saat lagu Kebangsaan Indonesia Raya telah selesai dinyanyikan, posisi bendera masih berada di ¾ tiang Bendera belum sampai kepada puncak tiangnya.
Saat itu sebagai seorang Guru saya merasa kecewa dan guru-guru yang lainpun mulai tampak memperlihatkan kekecewaannya atas kejadian ini, tapi sebagai seorang Anggota PASKIBRA saya mampu memahami kenapa hal seperti ini bisa terjadi, mungkin disebabkan oleh beberapa factor, yang pertama : karena adanya sosok Pembina yang tak seperti biasanya dari pihak sekolah melainkan dari pihak kepolisian hingga menyebabkan para petugas menjadi was-was, grogi dan dihinggapi rasa kekhawatiran, yang kedua : mungkin karna para petugas sedang dalam keadaan kurang fit atau sakit, sehingga menyebabkan konsentrasi masing-masing menjadi buyar, yang ketiga : bisa saja karena kurangnya rasa optimis atau percaya diri untuk suksesnya pengibaran Bendera. Jadi, saya tidak menyalahkan sepenuhnya kepada para Petugas tetapi perlu disadari juga bahwa ini semua tidak lepas dari TakdirNYA.
Saya pun meyakini ketiga orang petugas pengibar bendera itu akan merasa kecewa atas apa yang telah terjadi dan  mereka akan merasa malu karena tidak mampu menjaga amanat yang telah diberikan kepadanya untuk menjadi petugas pengibar bendera. Oleh karena itu, pada saat Pembina upacara menyampaika amanatnya mengenai maraknya Kenakalan Remaja dan waspadai penggunaan narkoba , dari sudut sekolah saya melihat Anggota PMR membawa belangkar untuk menggotong salah satu siswa yang pingsan, dan ternyata siswa yang pingsan itu adalah salah satu dari ketiga pengibar bendera, Entah karena keadaannya memang sedang sakit atau karena mentalnya tidak kuat menahan malu atas kegagalannya hari ini.  
Seperti itulah orang yang mempunyai jiwa Nasionalis, apabila mendapat kegagalan disaat sedang berjuang untuk bangsa, ia akan merasakan gejolak emosi dan tekanan batin yang cukup kuat hingga menjadikannya lemah karena kecewa pada diri sendiri, tetapi kejadian tersebut akan mampu membuatnya dan membuat para petugas upacara yang lain untuk lebih berhati-hati dan teliti kedepannya , dan saya yakin untuk kedepannya akan lebih baik, karena seorang anggota paskibra akan menebus kesalahannya dengan melakukan hal yang lebih baik lagi, baginya Menjadi petugas upacara dan pengibar Bendera itu adalah suatu kehormatan yang akan menjadi kebanggaan serta kebahagiaan tersendiri dihatinya dan hati semua orang yang menyaksikannnya.
Jadi, apapun rintangannya, apapun masalahnya, mereka akan selalu menghadapinya dan melewatinya dengan baik untuk mendapatkan kepuasan tersendiri dalam pencapaian tujuannya, apalagi kalau berkaitan dengan Negara pastinya akan selalu berjuang dan Berkorban untuk tetap mengharumkan nama INDONESIA diseluruh Dunia, karena bagi kami para pemuda dan pemudi yang berperan sebagai Generasi Penerus Bangsa , salah satu cara kami untuk menjadi pahlawan bangsa adalah dengan menjadi Pasukan Pengibaran Bendera di Hari kemerdekaan Indonesia yang selalu diperingati pada tanggal 17 Agustus , dan menjadi petugas upacara disetiap hari senin yang selalu diadakan oleh setiap sekolah, karena Moto kami Sebagai Generasi Penerus Bangsa adalah :

BAGIMU NEGERI … JIWA RAGA KAMI”


Garut, 17 November 2014
Nurul Wasilah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar