BAGIMU NEGERI ... JIWA RAGA
KAMI
Hari ini, Senin 17 November 2014 Saya berangkat ke sekolah lebih
awal karena setiap senin di sekolah terbiasa mengadakan Upacara Pengibaran
Bendera Merah-Putih. Seperti biasa saya berangkat dari kost’an tepat pukul
06.30 WIB dengan menggunakan Angkot O3 RSU dan angkot 12 Karang Pawitan, Saya
suka cemas apabila angkot mulai ngetem menunggu penumpang sampai penuh karena
saya takut kesiangan, Apa jadinya bila seorang Guru kesiangan? Malu kan sama
Anak-anak didiknya terlebih kita harus selalu memberi contoh yang baik untuk
semua Anak didik kita, termasuk contoh dalam hal kedisiplinan dan Tepat waktu.
Alhamdulillah saya tiba di sekolah tepat pukul 07.00 WIB tanpa
kesiangan 1 menit pun, tetapi saya sempat mengurungkan niat saya untuk
mengikuti upacara karena kebetulan saya sedang sakit perut akibat Datang Bulan,
maklum lah perempuan selalu ada tamu rutin yang hadir tiap 1 bulan sekali dan terkadang
membuat para perempuan tidak mampu menahan hebatnya rasa sakit di perut meskipun
tidak semuanya merasakan . Tetapi saya berfikir “ Tidak ada salahnya saya
memaksakan diri untuk mengikuti upacara, toh hanya dalam beberapa menit ,
pastilah saya kuat berdiri sekitar 30 menit kedepan, kalaupun tidak kuat, saya bisa
meninggalkan upacara dengan alasan sakit” gumamku dalam hati. Hingga akhirnya Saya
memutuskan untuk mengikuti Upacara, karena ingin mengetahui amanat yang akan
disampaikan oleh pihak kepolisian kali ini. Saya beserta Guru-guru yang lain
bergegas untuk mengikuti Upacara di Lapangan Sekolah MAN 1 Garut , Kebetulan
pada minggu ini kami kedatangan Tamu kehormatan dari pihak Kepolisian Karang
Pawitan garut yang akan memposisikan diri sebagai Pembina Upacara minggu ini
untuk menyampaikan Amanat dari ketua Polres Garut.
Tepat Pukul 07.15 Upacara Penaikan Bendera dimulai, Seperti biasa
Upacara dipandu oleh seorang protocol, dan kali ini protokolnya mempunyai
kualitas suara yang bagus, disertai denga pemimpin upacara yang mempunyai suara
yang sangat lantang. Mungkin semua orang tahu bahwa hal yang paling membuat
hati berdebar saat upacara berlangsung adalah pada proses penaikan Bendera, tak
sedikit orang yang sering khawatir akan adanya kesalahan yang terjadi pada saat
proses penaikan bendera, takut benderanya terbalik menjadi putih-merah, takut
tambangnya salah Tarik, dan takut penaikan benderanya tidak berjalan lancarr
atau bendera tidak sampai puncak tiang seperti apa yang sering ku khawatirkan .
Tapi tentunya, banyak juga orang yang berharap agar semuanya baik-baik saja ,
berjalan lancar dan mengesankan sesuai dengan harapan.
Sebagai seorang Kibra atau orang yang pernah bergelut di dunia
PASKIBRA kebahagiaan terbesar itu adalah ketika mampu memberikan yang terbaik
untuk Negara melalui Suksesnya proses Pengibaran bendera Merah_Putih sampai
menuju puncak tiang Bendera dan Bendera tersebut Berkibar dengan gagah sampai
semua orang berhenti memberikan hormat terhadapnya. Dan kekecewaan terbesar
seorang anggota PASKIBRA adalah ketika ia gagal dalam proses pengibaran
Bendera, karena ia akan merasa malu disaat tak mampu memberikan yang terbaik
untuk Negaranya sendiri.
Kali ini, Pengibaran bendera Merah-Putih dilakukan oleh 3 orang
perempuan yang sudah terbiasa menjadi petugas pengibaran disetiap minggunya
yang sudah berbaris disebelah kiri lapangan dengan posisi sikap sempurna. Terdengar
jelas kalimat yang diucapkan protocol untuk point nomor 10 dalam susunan Acara
yaitu “ Pengibaran Bendera Merah-Putih oleh petugas upacara diiringi lagu Kebangsaan Indonesia Raya” .
Dengan sigap para petugas pengibar bendera mengawali tugasnya dengan meluruskan
barisan , hanya memerlukan waktu beberapa detik untuk sampai di depan bendera,
dan disinilah proses pengibaran dimulai, saat itu pula jantungku mulai berdegup
kencang pertanda kekhawatiran mulai datang tetapi bibirku berusaha menenangkan
dengan terus berdo’a semoga semuanya baik-baik saja.
Namun entah kenpa hati ini
seolah berbisik bahwa akan terjadi kesalahan disaat melihat posisi tambang yang
dikaitkan pada ujung bendera terlihat tidak pas , dan beberapa detik kemudia
kekhawatiranku terjawab dengan adanya kejadian ujung Bendera yang merah
terlepas dari tali tambangnya, saat itupula hatiku merasa sakit dan kecewa saat
melihat sang bendera hampir menempel di dasar tiang dan lebih kecewa lagi saat
semua ini disaksikan oleh pak polisi sebagai Pembina upacara.
Setelah para petugas berusaha memperbaikinya, akhirnya posisi
bendera kembali ke semula dan bendera mulai digerek ke atas diiringi Lagu
kebangsaan Indonesia Raya oleh Team Obade. Namun sayangnya, kesalahan kedua
muncul ketika para petugas terlalu pelan menggerek Bendera hingga pada saat
lagu Kebangsaan Indonesia Raya telah selesai dinyanyikan, posisi bendera masih
berada di ¾ tiang Bendera belum sampai kepada puncak tiangnya.
Saat itu sebagai seorang Guru saya merasa kecewa dan guru-guru yang
lainpun mulai tampak memperlihatkan kekecewaannya atas kejadian ini, tapi
sebagai seorang Anggota PASKIBRA saya mampu memahami kenapa hal seperti ini
bisa terjadi, mungkin disebabkan oleh beberapa factor, yang pertama : karena
adanya sosok Pembina yang tak seperti biasanya dari pihak sekolah melainkan
dari pihak kepolisian hingga menyebabkan para petugas menjadi was-was, grogi
dan dihinggapi rasa kekhawatiran, yang kedua : mungkin karna para petugas
sedang dalam keadaan kurang fit atau sakit, sehingga menyebabkan konsentrasi
masing-masing menjadi buyar, yang ketiga : bisa saja karena kurangnya rasa
optimis atau percaya diri untuk suksesnya pengibaran Bendera. Jadi, saya tidak
menyalahkan sepenuhnya kepada para Petugas tetapi perlu disadari juga bahwa ini
semua tidak lepas dari TakdirNYA.
Saya pun meyakini ketiga orang petugas pengibar bendera itu akan
merasa kecewa atas apa yang telah terjadi dan
mereka akan merasa malu karena tidak mampu menjaga amanat yang telah
diberikan kepadanya untuk menjadi petugas pengibar bendera. Oleh karena itu,
pada saat Pembina upacara menyampaika amanatnya mengenai maraknya Kenakalan
Remaja dan waspadai penggunaan narkoba , dari sudut sekolah saya melihat
Anggota PMR membawa belangkar untuk menggotong salah satu siswa yang pingsan,
dan ternyata siswa yang pingsan itu adalah salah satu dari ketiga pengibar
bendera, Entah karena keadaannya memang sedang sakit atau karena mentalnya
tidak kuat menahan malu atas kegagalannya hari ini.
Seperti itulah orang yang mempunyai jiwa Nasionalis, apabila
mendapat kegagalan disaat sedang berjuang untuk bangsa, ia akan merasakan
gejolak emosi dan tekanan batin yang cukup kuat hingga menjadikannya lemah
karena kecewa pada diri sendiri, tetapi kejadian tersebut akan mampu membuatnya
dan membuat para petugas upacara yang lain untuk lebih berhati-hati dan teliti
kedepannya , dan saya yakin untuk kedepannya akan lebih baik, karena seorang
anggota paskibra akan menebus kesalahannya dengan melakukan hal yang lebih baik
lagi, baginya Menjadi petugas upacara dan pengibar Bendera itu adalah suatu
kehormatan yang akan menjadi kebanggaan serta kebahagiaan tersendiri dihatinya
dan hati semua orang yang menyaksikannnya.
Jadi, apapun rintangannya, apapun masalahnya, mereka akan selalu
menghadapinya dan melewatinya dengan baik untuk mendapatkan kepuasan tersendiri
dalam pencapaian tujuannya, apalagi kalau berkaitan dengan Negara pastinya akan
selalu berjuang dan Berkorban untuk tetap mengharumkan nama INDONESIA diseluruh
Dunia, karena bagi kami para pemuda dan pemudi yang berperan sebagai Generasi
Penerus Bangsa , salah satu cara kami untuk menjadi pahlawan bangsa adalah
dengan menjadi Pasukan Pengibaran Bendera di Hari kemerdekaan Indonesia yang
selalu diperingati pada tanggal 17 Agustus , dan menjadi petugas upacara
disetiap hari senin yang selalu diadakan oleh setiap sekolah, karena Moto kami
Sebagai Generasi Penerus Bangsa adalah :
“ BAGIMU NEGERI … JIWA RAGA
KAMI”
Garut, 17 November 2014
Nurul Wasilah